Kemenag Gandeng PTIQ dalam Program 5000 Doktor
By Admin
nusakini.com--Program 5000 doktor memasuki tahun kedua. Selain Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN), Kemenag juga bermitra dengan sejumlah PTKI swasta. Setelah sebelumnya menggandeng UNISMA Malang dan UMY Yogyakarta, mulai tahun ini Kemenag juga bermitra dengan Perguruan Tinggi Ilmu Al-Quran.
Kepala Program Studi (Kaprodi) yang juga Ketua Panitia Seleksi Program 5000 Doktor di PTIQ, Nur Arfiyah Febriyani, menegaskan bahwa PTIQ fokus pada keilmuan berbasis Studi al-Qur’an dan Tafsir agar berbeda dengan perguruan tinggi lainnya. Menurutnya, prodi ilmu al-Quran dan tafsir ini memiliki kekhasan, antara lain: mencetak “researcher tafsir” yang mengintegrasikan antara ilmu naqliyah (transmitted science), Ilmu ‘aqliyah ‘ (rational science), dan ilmu amaliah/praktis (practical science).
“Harapannya ke depan, PTIQ akan menjadi mercusuar untuk berbagai disiplin keilmuan dalam perspektif al-Qur’an dan Tafsir,” kata Nur Arfiyah saat pelaksanaan seleksi akademik program beasiswa S3 di kampus PTIQ, Senin (30/05).
Menurutnya, di tahun pertama kemitraan Program 5000 Doktor ini, PTIQ diminati lebih dari 100 orang peserta. Akan tetapi, setelah dilakukan validasi, hanya 51 orang peserta yang dinyatakan layak untuk mengikuti seleksi tahun ini.
“Khusus di kampus PTIQ sendiri, terdapat 30 orang peserta yang mendaftar dengan tempat test dan kampus tujuannya di PTIQ. Selebihnya sebanyak 21 orang tersebar di berbagai perguruan tinggi penyelenggara dengan kampus tujuan studi di PTIQ,” terangnya.
Selain itu, terdapat 11 peserta yang turut serta mengikuti seleksi 5000 Doktor di PTIQ dengan kampus tujuan yang berbeda-beda. Berdasarkan data yang diperoleh, terdapat 6 peserta dengan tujuan UIN Medan, 2 peserta dengan tujuan UIN Bandung, 1 peserta dengan tujuan UIN Palembang, 1 peserta dengan tujuan UIN Arraniry Aceh, dan 1 peserta dengan tujuan UIN Walisongo Semarang.
“Meski ini tahun pertama, PTIQ tidak merasa minder karena status akreditasi BAN-PT yang sudah didapat oleh PTIQ adalah B dengan angka 349 pada tahun 2015 yang lalu, sehingga menjadi nilai tawar tersendiri bagi para lulusan Program 5000 Doktor ini,” kata Doktor lulusan UIN Jakarta yang kerap disapa dengan Ibu Ryan ini.
Dalam kesempatan terpisah, Prof Darwis, selaku Direktur Pascasarjana PTIQ menyampaikan bahwa program perdana ini akan menjadi kesempatan bagus bagi kampus PTIQ karena telah dipercaya sebagai salah satu penyelenggara bersama perguruan tinggi lainnya yang sudah mapan.
Tanggal 30 – 31 Mei ini, seleksi akademik penerima beasiswa S3 program 5000 doktor digelar serentak di 17 PTKI, yaitu: (1). UIN Alaudin Makasar, (2). UIN Ar Raniry Banda Aceh, (3). UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, (4). UIN Raden Fatah Palembang, (5). UIN Sultan Syarif Kasim Riau, (6). UIN Sumatera Utara Medan, (7). UIN Sunan Ampel Surabaya, (8). UIN Sunan Gunung Djati Bandung, (9). UIN Sunan Kaijaga Yogyakarta, (10). UIN Syarif Hidayatulloh Jakarta, (11). UIN Walisongo Semarang, (12). IAIN Antasari Banjarmasin, (13). IAIN Imam Bonjol Padang, (14). IAIN Jember, (15). IAIN Raden Intan Lampung, (16). IAIN Sutah Thaha Saifuddin Jambi, (17). Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qran Jakarta.
Setelah mengikuti ujian Tes Potensi Akademik (TPA), Bahasa Arab, dan Bahasa Inggris pada Senin (30/05) lalu, hari ini para peserta mengikuti test wawancara tentang proposal disertasi. Seleksi di UIN Walisongo misalnya, diikuti oleh 23 peserta dengan berbagai pilihan kampus dan program studi. Asisten Direktur Pascasarjana UIN Walisongo A. Hasan Asy’ari Ulama’i, Senin (30/05), mengatakan bahwa UIN Walisongo membuka prodi Falak. Ada 14 orang yang mengambil pilihan ini, 9 orang mengikuti di UIN Walisongo, sisanya di beberapa perguruan tinggi lainnya.
Sementara itu, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta membuka dua prodi, yaitu: Islamic Thoughts and Muslim Societies dan Kajian Islam dan Kearaban. Sebanyak 30 peserta mendaftar untuk pilihan kampus UIN Sunan Kalijaga, 20 orang mengikuti tes di UIN Yogya, sisanya di luar. “Kami mendapat kuota 24 mahasiswa untuk diterima di kedua program tersebut,” terang Direktur Pascasarjana UIN Yogyakarta Noorhaidi, Senin (30/5). (p/ab)